Sabtu, 21 Desember 2013

Tulisan Bahasa Indonesia

Investor Asia Sambut Baik Kebijakan the Fed

(Kamis, 19 Desember 2013)
TOKYO, KOMPAS.com - The Federal Reserve akhirnya memutuskan untuk melakukan tapering stimulus mereka sebesar 10 miliar dollar AS. Dengan demikian, jumlah stimulus yang akan digelontorkan per bulannya menjadi 75 miliar dollar AS. Bagaimana pelaku pasar Asia menanggapi kebijakan ini?
Rupanya, investor Asia menyambut positif langkah the Fed. Pada pukul 09.43 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific naik 0,3 persen. Sementara itu, indeks Nikkei Jepang naik 1,7 persen, indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,9 persen, dan indeks Kospi Korea Selatan naik 0,7 persen.
Kebijakan bank sentral AS ini menandai bahwa perekonomian AS semakin membaik setelah terjerumus ke jurang resesi beberapa tahun terakhir. Selain itu, keputusan the Fed ini juga mengakhiri ketidakpastian yang selama ini sudah menggelayuti pasar.
"Ini merupakan win win solution bagi pasar. Pelaku pasar lebih optimistis terhadap tingkat pengangguran dan ekonomi AS," papar Shane Oliver, head of investment strategy AMP Capital Investors Ltd di Sydney.
analisa:
Amerika Serikat merupakan salah satu negara yang mana perekonomiannya memperngaruhi negara-negara di dunia. Dilihat dari beberapa waktu belakangan, Amerika Serikat mengalami krisis yang berdampak pada perekonomiannya. Hal menyebabkan kemerosotan perekonomian pada negara lain. Resesi atau kemerosotan adalah kondisi ketika Produk Domestik Bruto menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dari satu tahun. Resesi dapat mengakibatkan penurunan secara stimulan pada seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi dan keuntungan perusahaan.
Kerugian yang didapat negara lain dari adanya resesi yang dihadapi oleh Ameika Serikat dihadapi dengan berbagai antisipasi, seperti melindungi mata uang negara sendiri, sehingga tidak terbawa arus krisis yang dihadapi oleh Amerika Serikat. Karena, apabila suatu negara gagal dalam melindungi nilai kurs mata uangnya, maka akan menyebabkan inflasi.
Tapering adalah Bahasa Inggris yang jika diartikan secara harfiah adalah peruncingan. Dalam hal ini, Tapering The Fed adalah sebuah program yang dilakukan oleh The Fed untuk memotongan program pembelian aset yang tiap bulan dikucurkan oleh AS sebanyak 85 miliar Dolar AS. Kata "Tapering The Fed" seolah tak bisa lepas dengan kata "Quantitative Easing" atau pelonggaran kuantitatif. Quantitative Easing inilah yang akan di-tapering-kan. Quantitative Easing (QE adalah sebuah stimulus ekonomi yang dilakukan oleh Bank Sentral AS alias The Fed dengan membeli obligasi perumahan dan produk keuangan untuk menambah cadangan dana perbankan, sehingga bank dapat menurunkan suku bunga.
Ada beberapa pengaruh dari Tapering yang dilakukan oleh The Fed, yaitu jika The Fed jadi mengurangi stimulusnya maka nilai US dollar akan menguat karena bank sentral secara efektif menerapkan kebijakan uang ketat, meski hal ini telah diantisipasi oleh para pelaku pasar. Dan hal tersebut akan mengakibatkan gejolak mata uang yang cukup berpengaruh terutama bagi negara-negara berkembang. Bagi negara ekonomi terbesar kedua di dunia, Cina, tapering akan berdampak dengan sulitnya penerapan kebijakan perekonomian sehat dan seimbang akibat akan adanya krisis keuangan  akibat investasi dan kredit bank yang berlebihan, serta spekulasi real estate dan komoditi yang cukup tinggi. Dalam keadaan yang belum pasti, yaitu keadaan apakah tapering benar-benar akan dilaksanakan atau tidak, permintaan mata uang safe haven seperti US dollar dan Yen Jepang tentu akan kembali meningkat.
Sedangkan dampak tapering The Fed bagi Indonesia dapat berpengaruh positif dan negatif. Positifnya, untuk jangka pendek, ekonomi Indonesia akan mendapat keuntungan dari tapering The Fed ini. Bursa Efek Indonesia akan kembali mendapatkan limpahan dana asing sehingga harga saham yang likuid akan naik cukup signifikan. Di samping itu, nilai tukar rupiah juga dapat menemukan titik kesetimbangan baru. Dengan kondisi neraca transaksi berjalan (current acount) dan defisit neraca perdagangan yang sedang dihadapi Indonesia, keseimbangan baru rupiah akan berada di kisaran Rp 10.500 sampai Rp 11.000 (per dollar AS). Sedangkan dampak negatifnya adalah krisis keuangan baru dan tingginya suku bunga bank sehingga mengacaukan keseimbangan bisnis properti.
Dan pada kenyataannya, tapering stimulus yang dilakukan oleh The Fed ditanggapi dengan baik oleh investor Asia, yang menandakan bahwa perekonomian di Amerika Serikat semakin baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar