Kurs Rupiah Picu Saham Lemah
(Rabu, 11 Desember 2013)
TRIBUNNEWS.COM,
PONTIANAK – Perdagangan Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia
(BEI) ditutup melemah tipis 3,93 poin atau turun 0,09 persen ke level
4.271,74. Sementara Indeks LQ45 menguat tipis 0,04 persen ke level
714,03, serta IHSG menyentuh nilai tertinggi di level 4.282,11 dan
terendah di level 4.235,42, Rabu (11/12/2013).
Branch
Manager Universal Broker Pontianak, Sutopo Widodo, menuturkan, secara
sektoral hingga penutupan perdagangan sektor aneka industri dan
pertambangan memimpin pelemahan di mana masing-masing tercatat turun
1,04 persen dan 0,63 persen. Sedangkan sektor infrastruktur berhasil
menguat 0,96 persen dan perbankan juga menguat 0,32 persen.
Investor asing mencatatkan pembelian bersih senilai Rp 171,41
miliar dengan frekuensi transaksi sebanyak 113.993 kali pada volume
4,62 miliar lembar saham senilai Rp 4,45 triliun. Selama
perdagangan terdapat sebanyak 104 saham naik, dan 160 saham turun.
“Nilai
tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini
ditransaksikan anjlok menembus angka 12 ribu, tepat di posisi Rp
12.011 per dolar Amerika atau turun 0,76 persen. Sedangkan
bursa regional ditutup anjlok seiring anjloknya bursa Amerika karena
ketidakpastian negosiasi anggaran dan mulai timbulnya kekhawatiran
terjadinya tapering,” ujarnya kepada Tribun, Rabu (11/12/2013).
Sutopo
merincikan harga penutupan bursa di Asia selama perdagangan, seperti
Indeks Komposit Shanghai melemah 33,33 poin atau 1,49 persen ke level
2.204,17. Indeks Hang Seng melemah 405,95 poin atau 1,71 persen ke
level 23.338,24 dan Indeks Nikkei melemah 96,25 poin atay 0,62 persen
ke level 15.515,06 serta Indeks Straits Times melemah 16,35 poin atau
0,53 persen ke level 3.065.37.
Sementara
saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers di
antaranya Bank Mayapada (MAYA) naik 17,24 persen ke Rp 1.700, Equity
Development Investment (GSMF) naik 10,84 persen ke Rp 92, dan Wilmar
Cahaya Indo (CEKA) naik 100,81 persen ke Rp 1.320.
Sedangkan saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain, Nusantara Inti (UNIT) turun 5 persen ke Rp 380, Jakarta International Hotels (JHID) turun 9,19 persen ke Rp 1.680, Leyland International (LAPD) turun 5,45 persen ke Rp 104, dan Asia Plast Industries (APLI) turun 7,35 persen ke Rp 63.
Sedangkan saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain, Nusantara Inti (UNIT) turun 5 persen ke Rp 380, Jakarta International Hotels (JHID) turun 9,19 persen ke Rp 1.680, Leyland International (LAPD) turun 5,45 persen ke Rp 104, dan Asia Plast Industries (APLI) turun 7,35 persen ke Rp 63.
“Dengan
demikian, pergerakan saham pada Kamis (12/12/2013) besok, IHSG
berpotensi melanjutkan pelemahan seiring belum kembalinya pelemahan
rupiah dan belum adanya sentimen positif yang mempengaruhi bursa.
Kisaran support akan berada di Rp 4.173 dan resistance berada pada Rp
4.308,” katanya.
analisa:
Banyak
dampak yang ditimbulkan dari melemahnya nilai kurs rupiah. Mulai dari
harga emas yang berfluktuasi, dan belakangan ini dikabarkan bahwa
harga emas merosot tajam. Kemudian, investor yang berinvestasi di
Indonesia menjadi kehilangan kepercayaan terhadap nilai rupiah karena
rupiah semakin mengalami penurunan. Selain itu, dampak menurunnya
nilai kurs rupiah adalah inflasi yang kemudiaan akan mengakibatkan
krisis moneter yang sangat dihindari oleh Indonesia. Kurs rupiah
menurun juga menyebabkan masalah bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Karena, apabila kurs rupiah terus menerus mengalami kemerosotan, maka
dampak yang paling signifikan terdapat di pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
Menurut
tulisan dari Tribunnews diatas, menyebutkan salah satu masalah yang
dihadapi dari merosotnya nilai kurs rupiah. Kurs rupiah juga memicu
harga saham menjadi melemah. Hal ini disebabkan investor asing
khawatir dengan keadaan nilai kurs rupiah. Disamping itu, keadaan
kurs dolar mengalami peningkatan. Investor asing lebih memilih
mempercayai transaksi dengan menggunakan kurs dolar, sehingga, saham-
saham milik Indonesia pun mengalami kemerosotan. Kasus tersebut
merupakan salah satu contoh dari melemahnya pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.
Ada
beberapa penyebab lain dari anjloknya nilai kurs rupiah. Adanya rilis
defisit neraca perdagangan atau berkurangnya kas pemerintahan akibat
pengeluaran yang berlebihan. Hal ini akan mempercepat laju inflasi
yang akan menyebabkan Negara Indonesia harus mengalami krisis
pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya kemerosotan nilai kurs rupiah,
diharapkan berbagai aksi dari pemerintahan untuk menindaklanjuti dan
membuat berbagai antisipasi agar pertumbuhan ekonomi di Indonesia
tidak mengalami krisis moneter seperti terdahulu.
Casinos to Play for Real Money (2021) - Casino Roll
BalasHapusCasino Roll offers 스피드 바카라 new users the 온라인슬롯사이트 chance to test the free 벳 365 한글 play, casino games and other online 아시안부키 services with no deposit 바카라 커뮤니티 required.